Sariawan atau Stomatitis aphtosa merupakan luka kecil menyakitkan di dalam rongga mulut, yang memiliki diameter sekitar 2-5 mm. Sariawan biasanya terjadi selama 5-7 hari dan sembuh dalam 2 minggu tanpa jaringan parut.
Secara klinis sariawan akan tampak sebagai bercak warna putih atau kekuningan, yang terletak di rongga mulut misalnya, lidah, bibir dan mukosa mulut.
Sariawan adalah bentuk dari luka atau ulkus pada mukosa. Setelah terbentuk ulkus, maka ulkus tersebut dapat bertahan melalui peradangan atau infeksi sekunder. Sariawan memang dapat disebabkan karena mulut atau lidah yang tergigit, karena tauma fisik merupakan salah satu penyebab sariawan.
Trauma fisik lain yang dapat menyebabkan sariawan, antara lain menyikat gigi terlalu keras, tonjol gigi yang runcing, serta tergesek-gesek gigi tiruan atau permukaan tambalan gigi yang kurang halus.
Sariawan dapat terbentuk karena mukosa di rongga mulut mengalami penurunan daya tahan. Penurunan daya tahan tubuh ini dapat dipengaruhi oleh banyak hal, misalnya defisiensi vitamin, kondisi hormonal, atau stres. Sebagai dampaknya, kondisi mukosa mulut menjadi sangat rentan, mudah terkoyak dan luka.
Ketika kondisi daya tahan mukosa rongga mulut sedang mengalami penurunan, misalnya sedang menstruasi. Maka dengan adanya trauma atau bentuk fisik di mulut atau lidah maka hal tersebut dapat memicu timbulnya sariawan.
“Trauma fisik atau iritasi kimia dapat dianggap sebagai faktor pencetus munculnya sariawan. Namun kondisi daya tahan mukosa mulut yang dipengaruhi oleh berbagai faktor tetap sangat berperan pada munculnya sariawan,” kata Farhad Melamed, M.D., seperti dilansir dari UCLA Department of Medicine.
Untuk menghindari sariawan, maka dapat dengan cara mengurangi atau memperbaiki hal-hal yang dapat menjadi faktor pencetus, serta selalu menjaga daya tahan tubuh tetap optimal.