KALAU ada kata paling populer di Twitter, bisa jadi kata itu adalah “galau”.
Hampir setiap buka timeline di Twitter, saya menemukan kata “galau” entah dengan hashtag ataupun tidak. Sepertinya, Twitter tempat pas bagi orang-orang yang sedang galau.
Banyak hal membuat orang jadi galau. Diputus pacar, bikin galau. Bertengkar dengan pacar, galau. Kelamaan menjomblo, juga sering jadi galau. Diomelin orangtua atau atasan, juga bikin galau. Ini itu galau. Apa-apa bikin galau.
Tapi benarkah kata “galau” telah digunakan dengan tepat sesuai peruntukkannya?
Cara terbaik menelisiknya adalah berpaling ke kamus. Di halaman 407 Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi IV (2008), dikatakan “galau” berarti kacau (tentang pikiran); “bergalau” berarti (salah satu artinya) kacau tidak keruan (pikiran); dan “kegalauan” berarti sifat (keadaan hal) galau.
Merujuk ke defenisi menurut kamus keadaan galau adalah saat pikiran sedang kacau tak keruan. Orang yang tengah galau pikirannya sedang kacau.
Kacau dalam kamus diartikan (salah satunya, terutama berkaitan dengan pikiran) kusut (kalut) tidak keruan. Contoh kalimatnya: Pikirannya bertambah kacau mendengar berita itu.
Menurut saya, galau bukan kata yang pas untuk menunjukkan sebuah keadaan pikiran yang tengah tidak dalam keadaan baik. Karena kata “kacau” yang terdapat dalam makna “galau” lebih tepat dengan suasana kalang kabut dan kusut.
Mengecek ke Google Translate dan buku Kamus Indonesia-Inggris John M. Echols dan Hasan Shadily, bahasa Inggris galau adalah hubbub dan confusion. Artinya, galau lebih dekat dengan suasana pikiran yang tengah bingung.
Bahasa Indonesia menyediakan kata lain yang lebih tepat, “gundah”. Di KBBI, “gundah” berarti sedih, bimbang, gelisah. Dilengkapi jadi “gundah gulana” berarti keadaan sangat sedih atau sedih dan lesu.
Untuk suasana hati yang sering disebut tengah “galau” rasanya lebih pas bila mengatakannya tengah “gundah.”